Latest Reviews

Mengatasi rasa benci atau tak suka, pada seseorang yang memberi luka, baik sengaja atau tidak

  Di jaman sekarang ketikkan atau omongan bisa memberi luka, baik sengaja atau tidak.  Karena, hal tersebut banyak orang menyimpan dendam. T...

Kamis, 04 November 2021

Salah paham





Tema: Eavesdropper
“Tulislah mengenai percakapan yang pernah tak sengaja Anda dengar.”


***

Aku memgendap-endap berjalan tak kalah netra manisku melihat sosok yang familiar bagiku. Awalnya aku ingin mengejutkan mereka. Namun melihat wajah mereka yang serius melupakan tujuan awalku. Aku pun bersembunyi di balik tembok. 

“Kenapa sih kamu kayak gitu sama dia? Bukankah kalian itu teman lama?” tanya seorang lelaki dengan sorotnya teduh. Cukup lama lelaki tersebut mendiamkan sosok familiar bagiku, Lily. 

“Karena gue benci sama dia. Tapi-" Lelaki tersebut berdecak kesal membuat Lily yang merasa tak nyaman. Kulihat sesaat kemudian mengangguk. 
“Syutt, jangan lo beri tahu ke dia tentang hal ini!” seru gadis lain yang khawatir,  “Tapi apa?” 

“Rahasia." Ucapan itu membuat rasa sesak di dadaku bertambah.  Aku memilih untuk pergi dari tempat tersebut.“Kenapa sih? Hana begitu padaku?” gumanku sepanjang perjalanan. 

Hari yang baru sudah mulai dan membuatku kembali bernafas gusar. Aku putuskan untuk 
Aku menatap gusar Lily yang sedang duduk di bangku seperti biasa. Aku memilih duduk di bangku lain.“Mi, kamu duduk sama Lily yak,” ujarkukepada seorang gadis berambut panjang berdarah kristen, yang akan protes.
“Oke,” balasnya tapi arah ke arah lain dan berpusat. Tak mau terlalu larut dalam urusan orang lain aku menidurkan kepalaku di tas. Sesekali netra manisku mencolok melihat Hana dan Lily. 
“Pasti mengerjakan PR,” ujarku dalam hati sambil tersenyum maklum.
“Pinjam buku bahasa indonesia dong,” ujar seorang gadis bergaya laki-laki.
“Oke, cuman minjam buku atau nyontek ini?” tanyaku sambil tersenyum jahil. Dia tertawa ngakak.
“Biasalah,” ujar dia.


“Selamat pagi anak-anak,” ujar Bu Guru.
“Selamat pagi juga, Bu,” ujar aku dan teman-teman. Aku melirik takut dia.
“Untung ada Ibu kalau gak terpaksa aku memutar otak untuk memberikan alasan tanpa menyakiti hatinya atau melukai hatinya. Aku melirik Lily yang tampak cuek bercanda gurau dengan teman bangku .


Pulang sekolah


Brakk!!

Aku merasa badan terhuyung ke belakang. Sejenak melakukan peregangan, dan mencuri lihat bagaimana keadaan seseorang di tertubruk. Gadis itu ternyata sungguh beruntung bisa berpengangan pada pohon kecil di sampingnya. Perempuan tersebut berbalik badan ke arahku dengan datar tapi matanya berkilat-kilat amarah. Aku tak kalah menatap datar ketika tahu siapa gadis tersebut,  “Lo punya mata, ga?” Pertanyaannya saraf akan emosi dan tidak sukanya.  Aku hanya menatapnya tak percaya saat gadis tersebut pergi tanpa mendengar jawabanku. Tiba-tiba netra ini melihat sebuah buku yang ada di bawahku. Dengan ragu, aku mengambilnya.
“Lily!” teriakku. Ia tidak mendengarkanku, rupanya, Ya sudah nanti aku kerumah Lily saja.” 


***
Rumah Lily
“Lily ada di kamarnya. Kamu bisa langsung ke kamarnya, nduk.” Sebelum aku ke kamarnya, tersenyum pada Ibunya. 

“Terima kasih ya, Bik."


Aku ingin mengetuk pintu kamarnya. Namun, pintu kamarnya terbuka dan aku mencuri pandang dan bersembunyi. 
“Entahlah kenapa gue iri dengan sama lo? tanya Lily sambil memandang nanar foto kami berdua.“Maaf gue hanya berbohong aja. Sebenarnya gue gak bermaksud kasar atau membenci loe tapi gue gak mau lo tahu tentang penyakit gue."



END



    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.