Tema: Eavesdropper
“Tulislah mengenai percakapan yang pernah tak sengaja Anda
dengar.”
***
Aku memgendap-endap berjalan tak kalah netra manisku melihat sosok yang familiar bagiku. Awalnya aku ingin mengejutkan mereka. Namun melihat wajah mereka yang serius melupakan tujuan awalku. Aku pun bersembunyi di balik tembok.
“Kenapa sih kamu kayak gitu sama dia? Bukankah kalian itu teman
lama?” tanya seorang lelaki dengan sorotnya teduh. Cukup lama lelaki tersebut mendiamkan sosok familiar bagiku, Lily.
“Karena gue benci sama dia. Tapi-" Lelaki tersebut berdecak kesal membuat Lily yang merasa tak nyaman. Kulihat sesaat kemudian mengangguk.
“Syutt, jangan lo beri tahu ke dia tentang hal ini!” seru gadis lain yang khawatir, “Tapi apa?”
“Rahasia." Ucapan itu membuat rasa sesak di dadaku bertambah. Aku memilih untuk pergi dari tempat tersebut.“Kenapa sih? Hana begitu padaku?” gumanku sepanjang perjalanan.
Hari yang baru sudah mulai dan membuatku kembali bernafas gusar. Aku putuskan untuk
Aku menatap gusar Lily yang sedang duduk di bangku seperti
biasa. Aku memilih duduk di bangku lain.“Mi, kamu duduk sama Lily yak,” ujarkukepada seorang gadis berambut
panjang berdarah kristen, yang akan protes.
“Oke,” balasnya tapi arah ke arah lain dan berpusat. Tak mau terlalu larut dalam urusan orang lain aku menidurkan kepalaku di tas. Sesekali netra manisku mencolok melihat Hana dan Lily.
“Pasti mengerjakan PR,” ujarku dalam hati sambil tersenyum
maklum.
“Pinjam buku bahasa indonesia dong,” ujar seorang gadis bergaya
laki-laki.
“Oke, cuman minjam buku atau nyontek ini?” tanyaku sambil
tersenyum jahil. Dia tertawa ngakak.
“Biasalah,” ujar dia.
“Selamat pagi anak-anak,” ujar Bu Guru.
“Selamat pagi juga, Bu,” ujar aku dan teman-teman. Aku melirik
takut dia.
“Untung ada Ibu kalau gak terpaksa aku memutar otak untuk
memberikan alasan tanpa menyakiti hatinya atau melukai hatinya. Aku melirik
Lily yang tampak cuek bercanda gurau dengan teman bangku .
Pulang sekolah
Brakk!!
Aku merasa badan terhuyung ke belakang. Sejenak melakukan peregangan, dan mencuri lihat bagaimana keadaan seseorang di tertubruk. Gadis itu ternyata sungguh beruntung bisa berpengangan pada pohon kecil di
sampingnya. Perempuan tersebut berbalik badan ke arahku dengan datar tapi matanya berkilat-kilat amarah. Aku tak kalah
menatap datar ketika tahu siapa gadis tersebut, “Lo punya mata, ga?” Pertanyaannya saraf akan emosi dan tidak sukanya. Aku
hanya menatapnya tak percaya saat gadis tersebut pergi tanpa mendengar jawabanku. Tiba-tiba netra ini
melihat sebuah buku yang ada di bawahku. Dengan ragu, aku mengambilnya.
“Lily!” teriakku. Ia tidak mendengarkanku, rupanya, Ya sudah nanti aku kerumah Lily saja.”
***
Rumah Lily
“Lily ada di kamarnya. Kamu bisa langsung ke kamarnya, nduk.” Sebelum aku ke kamarnya, tersenyum pada Ibunya.
“Terima kasih ya, Bik."
Aku ingin mengetuk pintu kamarnya. Namun, pintu kamarnya terbuka dan aku mencuri pandang dan bersembunyi.
“Entahlah kenapa gue iri dengan sama lo? tanya Lily sambil
memandang nanar foto kami berdua.“Maaf gue hanya berbohong aja. Sebenarnya gue gak bermaksud
kasar atau membenci loe tapi gue gak mau lo tahu tentang penyakit gue."
END
Tidak ada komentar:
Write komentar