Brukk
Gadis itu terhuyung ke belakang. Sedangkan sang pelaku hanya
tersenyum menyeringai sambil mengulurkan tangannya. Gadis itu sejenak memandang uluran
tangan sang pelaku.
“Farhan!” seru gadis itu kesal pada Farhan tapi tidak urung membalas uluran tangan.
“Dasar,” guman gadis itu tanpa sengaja tepat di kuping Farhan. Wajah gadis itu merah .Gadis itu langsung memukul kecil tangan Farhan.
Farhan mencoba menepis pukulan tersebut. Gadis itu akhirnya mengalah tapi mengerucutkan bibirnya. Farhan mengigit bibir, menahan gemas.
“Farhan! Lissa!” seru seseorang wanita paruh baya. Farhan
dan Lissa memandang satu sama lain.
“Kaburr!” Mereka berdua masih setia bersamaan tapi masih megang
tangan.
“Kalian berdua pokoknya berdiri di sini sampai besok!” suruh
wanita tadi. Farhan dan Lissa hanya mengangguk kesal.
“Ya ampun dia pikir kita robot, ap--!” seru Lissa reflek membuat tangan Farhan mendekap mulut Lissa.
“Apa?” tanya Lissa sekarang berkacak pinngang. Farhan pun
ikut menurunkan kaki dan tangannya.
“Hehehe, kamu ini lupa apa kalau kita kena hukum?” tanyanya sok
polos tanpa sadar Farhan melakukan hal serupa.
“Ngaca dong!” seru Lissa masih mempertahankan posisinya. Farhan
berdehem sambil menunjuk ke atas langit. Lissa mengadah ke atas. Suatu yang
sakit terasa di hidung Lissa. Farhan hanya terkeke pelan. Kemudian berlari.
Lissa mengejarnya. Sedangkan, hampir semua pasang mata memandang tingkah mereka berdua, terutama wanita paruh itu mengeleng kepala tidak abis pikir tapi tak urung
tersenyum.
Beberapa tahun kemudian
Lissa bolak-balik di depan ruang ICU dan sekali-kali sorot padanya mencuri-curi lihat Sella, Ibu Fahran.
“Aku akan mendonarkan tulang sumsum belakang padanya
asalkan.” Lissa menghentikan langkah sambil matanya memandang penuh harap.
“Asalkan apa? Aku akan melakukan apa pun untuk dia,” ungkap Lissa sambil mengambil tangan Sella. Sella menepis tangan Lissa.
“Asalkan kamu mau pergi jauh dari kehidupan anak saya!”
"Tidak!” seru shock Lissa dengan matanya yang melebar.
“Bearti kamu mau anak tan---“ Kembali Sela memprovaksi Lissa. “Gak. tan!” sergah Lissa sambil mengeleng-geleng, mengigit
bibirnya, dan matanya kembali semakin berkaca-kaca. Sela menarik salah satu sudut bibirnya.
“ Iya, aku akan pergi. Selamat tinggal, tante. Semoga kalian selalu menjaga kesehatan ya!” Sebelum pergi masih mencoba menyalami telapak tangan Sela tapi responnya akan sama.
Deg.
Ada rasa sakit yang tidak bisa di gambarkan melalui kata-kata
Sebelum menghilang Lissa melihat Farhan di ruangan dengan tidak berdaya. Hatinya serasa terisis. Namun tidak ada darah. Lissa mengelus pipi Farhan. Lissa pergi dengan menunduk, menyembunyikan rasa sakit. Sejak
hari itu Lissa pergi selamannya dari hidup Farhan.
***
Satu hari sebelum menghilangnya
Lissa memandang memandang nanar rumahnya. Ia mengambil koper
besar kemudian keluar bertepatan itu, sebuah taksi pun tiba. Lissa sejenak memandangi
semuanya kemudian berpamitan kepada yang semua yang ada di sana. Sekali lagi sebelum menaiki Taxi memandangi semua yang ada disana.
“Selamat tinggal masa lalu dan selamat datang masa depan.”
Tamat
Tidak ada komentar:
Write komentar