Latest Reviews

Mengatasi rasa benci atau tak suka, pada seseorang yang memberi luka, baik sengaja atau tidak

  Di jaman sekarang ketikkan atau omongan bisa memberi luka, baik sengaja atau tidak.  Karena, hal tersebut banyak orang menyimpan dendam. T...

Selasa, 01 Januari 2019

TERNYATA KU MEMILIKI…….




Di sebuah tempat hiduplah seorang gadis sombong yang bernama lengkap Bulan Putri Purnama, Panggil saja Bulan. Dia adalah Putri tunggal Pengusaha yang terkenal di manca-Negara. Tinggal bersama ayah. Dan Ibunya sudah meninggal. Namun ayahnya tidak pernah membawanya ke makam Ibunya, setiap kali  di tanya hanya bisa mengalihkan topik pembicaran.

Ayahnya adalah orang super sibuk sehingga waktunya untuk hanya sedikit itu alasan adalah kenapa gadis itu oteriter pada orang-orang dan persetan dengan omongan orang lain. Dan alasan lainnya adalah gadis itu merasa tidak ada yang perduli dengannya. Di sekolah gadis itu hanya memiki 3 sahabat.

 

***

“Hay, teman-teman perkenakan Bintang Putra  Wijaya panggil saja Bintang. Senang bertemu dengan kalian dan mohon bantuannya teman-teman.” Siswa itu tampak ramah terbukti dia terus memberi senyumnya.   Seketika membuat lamunan Bulan buyar. Ketika tidak sengaja matanya sipitnya beradu dengan mata madu milik lelaki itu Bulan mendengus.  

 

“Bintang, silahkan duduk disebelah Bulan.”Guru itu menunjuk bangku tepat di sebelah Bulan.

“Iya, pak, terimakasih, “ balas Bintang membuat salah satu bibir Bulan terangkat. Ketika Bintang ingin duduk disebelah Bulan, Bulan mengeser bangku tersebut didekatnya. Seketika Bintang tersebut terjatuh.

            Anak-anak yang ada di kelas pun beramai-ramai tertawa siapa yang paling kencang. Bulan hanya mengulum senyumnya sambil menatap Bintang dengan sorot meremehkan.  Bintang yang melihatnya hanya bisa mengulum senyumnya. Bulan yang melihat reaksi Bintang membuat moodnya buruk. Bulan memalingkan wajahnya ketika Bintang duduk dekat dengannya. Di ambang pintu Bulan melihat seorang wanita paruh baya menatapnya dengan pandangan tidak dapat di artikan. Wanita itu juga menebar senyumnya.

 

 

 

Siapakah, dia. Huh, kenapa gue harus penasaran sekali si?.

 

 

***

Beberapa bulan kemudian

Sejak ada Bintang, Bulan mulai merasa ada yang tidak beres dengan kehidupanya. Dimulai dari wanita paruh baya itu.

 

 

 “Non, kita udah sampai.” Bulan hanya membalas dengan gumanan.

 



“Kamu tahu tidak apa yang Bulan lakukan kepada Bintang?" tanya seseorang yang dari nada bicaranya adalah wanita. Tidak ada angin tidak ada hujan Bulan membuka pintu dan masuk tanpa diketahui oleh mereka.

 

 Bulan melihat disana ada ayah yang menunduk, Bintang pandang kearah arah Bulan, lebih tepatnya kearah pintu dengan tatapan kosong, lalu wanita paruh baya yang tak dikenal Bulan tapi familiar berkacak pinggang dihadapkan ayah.

 

“Ya, maaf Rasti. Saya janji akan mengubah sifat Bulan.” Ayah merasa bertahan posisi yang sama.

 

“Ya, mau mengubah Bulan bagaimana kalau kau saja sibuk dengan perkerjaanmu. Mau kiamat pun Bulan akan tetap begitu am," jerit sarkatis wanita itu, dan Ayahnya mulai mengangkat wajahnya.

 

“Ya, ya, ya. Aku tahu tapi itu kan salah mu sendiri kenapa kau menyembuyikan anak ku,” kata Ayahnya  kesal  sambil mengelus puncak kepala Bintang. Bintang yang mendapat pengakungan itu masih mengeming. 

 

 Apa, maksud ayah?

 

 

 “Hey, harusnya  aku yang protes bukan kamu. Kau lihat kan sekarang anakku menjadi begini karena siapa?  Harusnya Bulan juga tinggal bersamaku  maka Bulan akan menjadi anak yang baik sekarang.” Sekarang wanita itu tidak menyerit lagi.  Pandangan mata wanita itu sekarang mengarah ke Bulan, matanya mulai meneteskan air mata.

 

 

Ayah, berbohong tentang kematian ibu, dan gue bukan anaknya satu-satu ayah.

 

 

 

“Bb bu bul bulan...” kata ayah, Bintang, dan Wanita tersebut, gagap, yang baru megetahui kehadiran ku. Bulan hanya bisa lari sekuat tenaga tanpa menghiraukan teriakan mereka bertiga. 

 

 “AWAS! “ teriak Bintang, dan Bulan merasa ada yang mendorong tubuhnya ditepi jalanan. Bruukkkk.

 

Jika takdir sudah  bisa mengalahkan  usaha maka tidak ada yang bisa mengalahnya.

 

“Arggggggggggh!” teriak itu bukan Bintang tapi juga Bulan. Sesat Bulan merasa dirinya terpental bersama Bintang. Samar-samar juga Bulan meliat disampingnya ada Bintang yang megeluarkan darah segar di kepalanya dan semua gelap.

Semua orang yang berada di tempat kejadian pun berondong-berondong menghampiri mereka, terutama orang tua mereka.

 

***

Bulan Perlahan-lahan membuka matanya, mengerakan tangan, dan hidungnya mulai mencium bau obat-obatan khas rumah sakit. Semua orang  yang berada di ruangan itu mengerumbuminya.

“Sudah bangun ya sayang “

“Sudah bangun ya sayang “

 

Ayah dan ibu Bintang bertanya bersamaan, tapi tidak ada jawabanya. Kedua orang tuanya mulai merasa panik.  Sedang sang empu hanya sibuk melihat keseliling.

“Dimana Bintang?” Tidak ada jawaban membuat Bulan menjadi naik pitam.

 

 

1 tahun kemudian

            Setelah kejadian itu Bintang bangun dari koma. Orang tua mereka juga mau  rujukan lagi. Ya, tepatnya 11 bulan Bintang bangun dari komannya. Akhirnya kesalah pahaman tentang kematian Ibu telah selesai dan jangan lupa tentang Ayahnya yang sibuk dengan kerjanya  ternyata malah mencari Bintang.

 

Ibunya juga pernah bilang padanya kalau pada saat itu menatapnya tajam disekolah itu karena Ibunya masih tidak menyangka kalau anaknya akan seperti ini. Bintang juga sudah tahu dari  dulu waktu kecil, kalau ia memiliki adik dan itulah adalah alasan kenapa setiap Bulan dan Genknya  membullynya,  ia malah diam dan tersenyum. Ketika seantero sekolah tahu kalau mereka saudara kambar mereka terkejut. Sekarang Bulan mulai merasa bisa merasa bersyukur.

Namun ada satu hal yang menganggu Bulan adalah kelurganya yang suka mengurus urusannya dan memanjakannya seperti anak kecil saja. Teman-temannya juga sering sekali kerumahku dan kami biasanya memasak. Namun sejak adanya Bintang, Bulan dan teman sengenknya nilai mereka mulai membaik dan tentunya sikap mereka juga.

 

 “Bulan melamun melulu, bukannya makan," tegur Bintang membuat lamunan  Bulan pecah seperti kaca.   

“Oh, ya. Mau di suap kali dengan ayah atau ibu atau Bintang. Ya kan bu?” ungkap ayah, melirik ibu.

Sebelum Ibu menjawab, Bulan membalas: “Tidak, kok yah. Tapi.”

 

“Terima kasih,” lanjut Bulan. Reaksi mereka seperti yang diharapkan. “Maksudnya terima kasih karena membuat Bulan berubah menjadi Bulan yang lebih baik.”  

 

“Kami  juga terima kasih.” Serempak mereka berkata sambil memelukku hangat. Sekarang Bulan mengerti kenapa dia kesepian karena dia tidak mau bersyukur dan bersikap buruk pada siapa pun.

 

 

END


SELESAI DAN SAMPAI JUMPA

Bagi yang ingin cerita lainnya dari aku silahkan inbox aku ke fb atau ig untuk tahu cerita lainnya.

    Choose :
  • OR
  • To comment
Tidak ada komentar:
Write komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.