Latest Reviews

Mengatasi rasa benci atau tak suka, pada seseorang yang memberi luka, baik sengaja atau tidak

  Di jaman sekarang ketikkan atau omongan bisa memberi luka, baik sengaja atau tidak.  Karena, hal tersebut banyak orang menyimpan dendam. T...

Senin, 12 Agustus 2019

Rahasia Rosela Part 18 (Malam yang berjuta rasa)




Beberapa hari kemudian

***
Sore.

“Senja,” lirih Hana sambil memandang sekitar tempat kamar rawat Senja. Hana tertegun.
“Di mana dia?” tanya Ririn angkuh sambil berlipat tangan dan berjalan ke masuk ke kamar Senja.
“Wow, seorang ibu yang tega hari ini datang ke sini,” ujar Hana sambil menyeringai.dan menepuk tangan berkali-kali. Ririn tampak suka dengan perilaku Hana. 
“Maksudmu,  apa?” tanya Ririn. Hana tertawa miris sambil menatap sensor Ririn.
“Sudahlah, Rin.  Ayo kita cari di tempat lain!” ajak Retno (Suami Ririn) sambil menyeringai.
“Hey, orang tua paling tega dunia ini gw atas nama Sachana Nigea Zelda Jasmine(sambil memangangi dadanya sambil menepuk berakali-kali) akan menghalanghin kalian yang akan melakukan hal buruk pada Senja  Alterio Ilham Angkasa(sambil menunjuk ke samping)!” seru lantang Hana penuh semangat membara. Ririn dan Retno menoleh lalu bersamaan tertawa meremehkan dan mengangkat bahu acuh tak acuh.  Hana mengambil ponselnya.

***
“Eh, ini aku lagi sama Senja, Han,” tutur Rosela. Sasha tersenyum mendengar percakapan mereka.
“Oh, jadi Senja sama kamu ya?” tanya Hana ragu.
“Iya, Hana,” jawab Rosela. Sasha tersenyum.

***
"Shi*t," umpat Hana kesal.
"Hahahah tidak anak tidak Ayah dan tidak Ibu  dan juga sama aja ya? Cihh, main berdrama mulu. Cieee yang tidak takut kena kurma. Iya, sih kalau itu kurma enak kalau kurmanya yang tidak enak bagaimana? Duh, duh gw bicara sama orang tidak punya hati sama aja tuh bicara dengan pohon pisang," ujar Hana dengan matanya yang berkilat-kilat.  

***
“Senja kamu benar-benar akan melakukan itu?” tanya Mike tak percaya.
“Iya,” jawab mantap Senja sambil menyeringai. Mike menatap Senja entah kenapa? Senja tersenyum simpul.

***
Malam hari yang tampak indah mempersona.

“Bagaimana keadaanmu, sayang?” tanya Nicko. Kesya menatap kebencian. Raisa hanya menghela nafas.
“Gak usah manggil gue sayang, bajingan,” ujar Kesya. Nicko hanya menatap sendu.

***
Tengah malam
Jam cinderela bertepatan berbunyi. Di halaman belakang tampak Mike, dan seorang berjubah tapi di seberang itu ada semak-semak Senja berada di sana.
Satu senti lagi pisau itu menancap ke jantung Mike. Mike hanya bisa berdiam diri sambil menutup mata.

“Arggg!” seru Mike pucat pasi. Tiba-tiba, Senja membuang pisau itu. Seorang yang berjubah itu memandang dengan sorot yang agak ketakutan. Senja memndekatkan jarak ia dan seorang berjubah itu yang sekarang menjadi tak berjarak.

“Hey, gadis manis apa kabarmu?” bisik Senja. Seorang berjubah hitam itu yang ternyata seorang gadis mendorong Senja  untung Senja telah menduga.


“Ehmmm,” dehem gadis berjubah itu. Mike menatap mereka bingung.
“Ahhh, sayangku. Apa kabarmu?” tanya lagi Senja sekarang ia tidak berbisik. Gadis berjubah itu memamdang ke dalam mata Senja begitu pun Senja.
“Aku baik. Bagaimana denganmu?” tanya balik gadis itu. Senja memeluk gadis itu. Gadis itu tak membalas tak juga melepaskan.
“Terheran-heran sayanya kalain punya hubungan apa?” tanya Mike membuat mereka .
“Hanya, sebuah hubungan biasa tapi berjuta rasa,” jawab Senja.
“Lebih ke luka,” sahut gadis berjubah itu datar dan penuh luka. Senja dan Mike terdiam sejenak.
“Abang Mike,” ujar Senja.
“Iya, ada apa?”tanya Mike.
“Abang, aku mau membawa gadis ini ke kantor polisi dulu, ya,” jawab Senja sambil mengedipkan mata kepada gadis berjubah.


***
30 menit kemudian
“Hmmm,” deheman Senja membuat gadis itu menoleh kepada Senja yang sedang memandang fokus jalanan.
“Ada apa?” tanya gadis itu tapi sayang Senja tak mendengarnya di karenakan suara kendaran masih berisiknya.
“Apa, bisa lebih kuat lagi bicaranya!” seru Senja.
“Ada apa Senja!” seru tak kalah nyaring gadis itu.
“Nepi, yuk!” seru Senja.
“Hadeh, cuman mau nepi aja!” seru kesal gadis itu. Senja terkekeh ia menepikan motornya dari jalanan.

Senja dan gadis itu turun dari motornya. Senja dengan isengnya ia membuka jubah gadis itu. Gadis itu yang ternyata Rosela kesal dengan tindakkan Senja. Ia mengerucutkan bibirnya.
“Kamu, ini,” ujar Senja sambil tertawa. Rosela membuang muka dengan melipatkan tangannya di dada.


Dorr dorr dorr

Senja dan Rosela melototkan matanya. Mereka langsung menaiki motor. Tanpa, aba-aba lagi mereka melaju. Sedangkan, di belakang mereka ada beberapa motor mengekor.
“Rosela, kamu hubungi seseorang!” seru senja takut tidak di dengar Rosela. Rosela terdiam sejenak tapi ia cepat-cepat mencari ponselnya.


“Tes, 1 2 3. Gawat gawat bahaya ada di sini,” ujar Rosela entah memakai bahasa kode jika mereka dalam keadaan bahaya.
“Silahkan tinggalkan pesan dimana anda sekarang,” ujar seseorang. Rosela kesal ia menuliskan pesan. Senja tampak membawa kendaraan dengan liarnya. Rosela hanya bisa berdoa.

Bersambung ...

Jumat, 29 Maret 2019

kekuatan persahabatan bisa mengalahkan segala-galanya Part 2 (tatapan tajam Gita)


Cerpen ini karya : Wahyu sri sugesti
SMP 3 RANTAU PANJANG KECAMATAN SIMPANG HILIR
KABUPATEN KAYONG UTARA KALIMANTAN BARAT


Jam ketiga 

Tangan Karla dengan lihai mencatat sesesuatu yang ada di papan tulis. Sesekali matanya memandang ke arah papan tulis. Sahwa tidak fokus pada tulisan di papan tulis, pikirabbta penuh dengan masalah yang hadapinnya.  Matanya sekali-kali ke arah guru laki-laki yang posisinya tidak jauh darinya."Bapa," lirih Sahwa sambil tersenyum miris yang diketahui oleh siapapun. Dibarisan kedua dari depan Gita menatap sahwa penuh kebencian. Tanpa, sengaja Karla dan Sasa menatap Sahwa. Setika kilasan masa lalu Sahwa. Entah apa yang membuat Sasa tertidur. Ketika penglihatan sama-samar yang Karla lihat menjadi jelas ketika ia pula Sasa berada dialam mimpi tentang masa lalu Sahwa.2 tahun yang lalu

"Kou pileh die dan anak haram nie atau pileh aku dan anak kite," tanya seorang wanita terhadap pria yang disampingnya."saye memil)..." jawabnya bingung."kou pileh aku atau die," tanya sekali lagi Indri terhadap Raka."Oke kalo kou ndak bise jawab make tak nak temukan Gita lagi am," ujar Indri. Raka memeluk sahwa yang sayang Raka sebelum ia melepaskan Sahwa."Kumohon Ind. Biar aku dan anakku tinggal disini," ujar memohon Ghea."Keluar kou dare sini. Mulai saat ini dan seterusnya kou bukan sohibku lagi," ujar kasar Indri sambil membuka pintu. Ghea menatap Indri."Dasar kou anak tak tahu diri. Udah dibesarkan oleh keluargaku," ujarnya yang membuat Ghea tambah menangis. "

"Karla... Sasa..." tegur Raka didepan kelas.

"Tanggal 12 april 2017," filasat pelan Karla. Sasa menguap berusaha untuk mengumpulkan nyawanya. 

Sahwa dan Raka yang mengeryitkan dahi kearah Karla. Raka terdiam seribu bahasa terhadap Sahwa. 

"Bearti 2 tahun yang lalu." Ucap pelan Sasa ketika sudah mengumpulkan kembali nyawanya membuat kekagetan Raka dan Sahwa bertambah."Kemampuan Sasa meningkat...." bisik senang Mila.6 bulan kemudian

Bulan berganti bulan Sahwa dan Karla tambah akrab yang seseorang tambah membenci Sahwa."Loe tau gak kalau gue kemarin ketemuan same kak Arkan..." ucap Aska konyol memulai pembicaraan dengan geng alaynya."Oh, really Aska. Loe nggak boong. Niyeee. Ketemu sama dia yang notabennya adalah kakak kelas pindahan kita yang paling cakep tuh," ucap Milanie semangat yang disambut anggukan gengnya kecuali Gita. 

"Hey mereka tidak tahu, kali. Jika dia tidak bisa dibilang ganteng." Bisik Karla kepada Sahwa yang menngomen yang ia dengar percakapan geng yang sangat tengil. Sahwa hanya tersenyum maklum. Tapi, ketka tatapanya beradu dengan tatapan tajam mata kelereng madu milik Gita yang senada dengan matannya. Seketika
Bersambung...

Bagi yang ingin cerita lainnya dari aku silahkan wa kesri, nomorku


089691871061

kekuatan persahabatan bisa mengalahkan segala-galanya part 1 (Perkenalan)


Cerpen ini karya : Wahyu sri sugesti
SMP 3 RANTAU PANJANG KECAMATAN SIMPANG HILIR
KABUPATEN KAYONG UTARA KALIMANTAN BARAT

 Kelas 10 A

Harini adalah hari pertama sekolah bagi siswa-siswi baru terutama untuk seorang gadis yang tidak berkedung, yaitu Karla.
“Assalamuikum,” salam sambil senyum seorang gadis berkerudung kepada Karla yang sebelahnya.
“Walaikum salam,” jawab Karla.
“Siape nama kou tek,” tanya lagi gadis itu kepada Karla.
“Karla. Kalau kamu,” tanya Karla kepada gadis itu.
“Sahwa,” jawabnya.
“Waw, namamu begitu indah,” ucap kagum karla dengan mata berbinar.
“Selamat pagi semua,” ucap seorang wanita paruh baya berhijab biru mengakhiri keributan murid dikelas sekaligus pembicaraan seru antara karla dan sahwa. Dan, juga tatapan penuh kebencian seseorang dibarisan kedua dari depan.
“Selamat pagi, juga Bu guru,” jawab semua murid kompak.
“Perkenalkan nama Ibu Ghea. Ibu akan menjadi wali kelas kalian untuk satu tahun kemudian,” ujar wanita paruh baya tersebut.


WC

"Bro, gue nggak tahan lagi tinggal disini," ujar Arkan.
"Way kenapa," tanya Indra yang disambut Arkan mengedikkan bahu.

Kelas 11 C

Danu terdiam sambil melihat keluar jendela yang berada persis disebelahnya. Mila melihat Aka sambil tersenyum miris.

Bersambung...

Bagi yang ingin cerita lainnya dari aku silahkan wa kesri, nomorku


089691871061

Kamis, 31 Januari 2019

Kesadaran seorang Kelvin





Cerpen ini karya : Wahyu sri sugesti

KELAS: 8 SMP 3 RANTAU PANJANG KECAMATAN SIMPANG HILIR
KABUPATEN KAYONG UTARA KALIMANTAN BARAT


Di sebuah SMP ada seorang lelaki yang  dingin dan cuek namanya  Kelvin, tidak pernah senyum dengan siapapun dan anti dengan nasihat. Di sekolah hanya memilki satu teman yang baik hati namanya Alan. Namun perlakunnya 360 derajat berbeda dengan Alan memperlakukannya.  

***
“Kamu  lagi, lagi, lagi.” Mela(Kepsek) memberikan selembar surat kepada  Kelvin.
“Keluar kamu dari ruang saya sekarang!” Perintah Mela yang langsung dengan senang hati diikuti oleh  Kelvin.
Sementara 
 Kelvind engan santai membuang surat tersebut di tong sampah didekat ruang guru. “Itu surat apa  Kelvin?” tanya Alan yang berada di depan ruang kepsek karena menunggunya. Bukan menjawab lelaki itu mendorong bahu Alan sedikit keras sehingga membuatnya terhuyung. Lelaki duduk berjongkok dan bersedekap dada sambil memberi smrik. "Jangan sampai orang lain tahu." Kelvin berdiri sesudahnya tanpa membantu Alan. "Atau akan tahu akibatnya," lanjutnya yang membuat tubuh Alan bergemetaran. 


***

 “Perhatian bagi siswa yang bernama  Kelvin Abby Gunawan harap ke ruang kepala sekolah. Sekali lagi perhatian bagi siswa yang bernama  Kelvin Abby Gunawan harap ke ruang kepala sekolah.”

Pengumuman tersebut membuat Alan khawatir berlebihan sedangkan itu Kelvin hanya  melenggang santai. Sebelumnya juga Kelvin menyematkan dirinya untuk menepuk bahu Alan. 

***

“ Kelvin dimana orang tuamu?” tanya lugas Mela. Kelvin hanya menempelkan jari telunjuknya di dagunya, bersikap seolah-olah sedang berpikir. Mela yang melihat reaksi itu membentak Kelvin. Kelvin yang mendapat perlakukan itu hanya bisa tertawa pelan. 
“Sibuk, bu, ” jawab  Kelvin sekesannya. Mendapat jawaban itu membuat Mela sekali lagi memberi surat peringatan yang akan di buang nantinya. 

***
Hari selanjutnya dan seterusnya  runtitas Kelvin  selalu sama, di panggil kepsek, diberi  surat setelahnya akan  di buang suratnya. Setiap harinya Kelvin selalu membully Kelvin dan hanya di tanggapi senyumannya. Pada suatu hari niat  Kelvin ingin mencelakai Alan namun itu berbalik padanya.

***
 Kelvinmengerjap-gerjap matanya berulang-ulang kali. Ketika pandangannya melihat keselilingnya tanpa sengaja matanya  melihat  Alan. Seketika raut wajahnya berubah datar.

“Biarkan saja gue mati,” desis  Kelvin. 
"Jaga omonganmu, Kel! Saya menolongmu bukan karena kasihan tapi  ini adalah kewajiban kita harus saling menolong sesama.”  Kelvin mengerjapkan-ngerjapkan matanya sambil melihat sendu lelaki tersebut. 

“Maaf."

Mata Alan membesar mendengar perkataan maaf Kelvin untuk pertama kalinya. 
"Saya sudah memaafkan anda." 
"Tapi, Lan.
"Saya ingat kutipan bahasa inggris yang pernah saya baca di salah artikel yang Isinya,  “Life has no remote, get up and change it yourself.”  yang Artinya Hidup tidak memiliki kendali, maka bangun dan ubah hidupmu sendiri. Dari yang saya  kutipan ini berasal dari  Mark A Cooper." Kelvin tersenyum kecut. Tak lama kemudian lelaki itu tersenyum lebar. Lelaki itu bertekad berubah dan akan melupakan masa lalunya dan bangun kembali. 


SELESAI DAN SAMAPAI JUMPA 

Bagi yang ingin cerita lainnya dari aku silahkan waku, nomorku

089691871061



Kamis, 24 Januari 2019

Kita, berbeda sahabat




Puisi ini karya : Wahyu sri sugesti

KELAS: 8 SMP 3 RANTAU PANJANG KECAMATAN SIMPANG HILIR
KABUPATEN KAYONG UTARA KALIMANTAN BARAT


Aku bagaikan matahari
Sedangkan, engkau bulan
Aku dan engkau berbeda
Wahai sahabat ku yang tersayang
Aku dan engkau bisa bertemu
Ketika senja dan subuh tiba

 wahai kawan
Aku dan engkau berbeda
Aku, matahari yang menyinari dari pagi-sore
Kau, sahabat ketika senja menghilang engkau akan
Menyinari dunia sampai aku tebit engkau
Akan menghilang lagi

Engkau dan aku tidak akan selalu bersama
Kita berdua sama-sama memiliki tugas
untuk menyinari dunia

Kau tahu aku ingin kita tetap bersama-sama
Tapi kondisi, ini yang membuat ku dan engkau
Tidak bisa bersama-sama

Jadi, aku dan engkau tidak sama sahabat ku
Maafkan kawan aku, matahari

Bagi yang ingin puisi atau cerita lainnya dari aku silahkan inbox ke fb saya wahyu sri dan juga langsung inbox ke wattapad @WahyuSri5, nomorku



Jumat, 11 Januari 2019

RAHASIA DIARY USANG NODA DARAH




 





 

 

Cermin ini karya : Wahyu sri sugesti

KELAS: 8 SMP 3 RANTAU PANJANG KECAMATAN SIMPANG HILIR

KABUPATEN KAYONG UTARA KALIMANTAN BARAT

RAHASIA DIARY USANG NODA DARAH.

 

Agara Anissa Star, namanya panggilan Ara. Anak kedua dari tiga saudara. Abangnya kelas IX, bernama  Muhammad Rian Akbari panggilan Rian, Dan adiknya sekaligus kembar kelasnya VII Aisyah Jessicka  Star panggilan Ai, Ayahnya  bernama Muhammad Agara Akbari, dan Ibunya bernama Arassya Jessicka Anisa.

 

Bruuk  

Praaak

 

Bunyi keras seseuatu yang pecahan diikuti cibiran Ai dan gerutu Rian. Seketika membuat lamunan Ara buyar, reflek dirinya melihat gudang yang disebelah rumah mereka. Ah, dulunya rumah mendiang Kakek dan Nenek.

“Ara, tolong ambilkan bolanya dong itu kan salah kamu tadi!” perintah Rian. Seketika membuat Ara tersadar sekali lagi, langsung menghela nafas dengan tingkah semena-mena saudaranya. Dengan langkah yang terasa berat karena merindu. Gudang itu memiliki banyak kenangan. Terasa indah dan menyesakkan, ketika ingat itu hanya bisa menjadi kenangan yang tidak bisa diputar kembali.

 

 

***

Kumuh, kotor dan seperti tempat-tempat yang tidak ada penghuninya. Tikus-tikus mungkin banyak berkeliaran disini. Namun semua yang dipikirkan Ara ternyata salah. 

 

“Huh, dimana sih bolanya,” gerutu sambil melihat kesekeliling, setelah lama mencari ia lihat bola tersebut buru-buru mengambil bola tapi,…..

 

“praaaang,“ bunyi khas benda jatuh. Reflek dirinya melihat ke bawah. 

 

“Argggggggggh,” pekik kaget bercampur ngeri Ara, ketika melihat buku diary using noda darah, yang ada ...

 

Sementara, di luar gudang tampak Ai dan Rian saling berpadu pandangan. Tanpa banyak kata mereka  mengambil langkah kaki seribu. Sesampainya, disana nafas mereka tersengal-sengal. 

 

“Ada apa, Ara?” tanya Ai. Ara tidak tahu sejak kapan mereka ada disini. Namun, itu tak membuat Ara berkutik dari diary itu, merasa ada tak respon dari Ara. Mereka berdua mengikuti arah pandang Ara. Mata mereka membulat sempurna dan mulut mereka terganga lebar. Ada perasaan takut, ngeri, lega sekaligus kesal. 

 

Mereka serempak menatap amarah Ara. Meskipun ditatap seperti itu Ara tetap menatap buku itu. “Hey, kau kenapa menulis diary lalu diberikan cat warna ini sih,” cibir Rian   Rian mengernyit ketika Ara mengeleng dan memberi wajah serius, setelahnya memperhatikan itu ke arah mereka. Ara dan Ai membacanya.

 

 

Kamis, 31 Desember 1998.

Ini adalah tahun baru  yang terburuk pernah ada di kehidupanku. Seharusnya,kami berjalan bersama. Seperti tahun-tahun yang lalu. Tapi, orang tuaku malah bertengkar hebat.

 

“Ya, ampun Ara kenapa kau menulis seperti ini mau buat orang tua kita benar-benar bertengkar ya?" komentar Rian. “Benar tuh, ra, “ kompor Ai yang seakan tak mau kalah. Sedangkan, Ara  hanya bisa merotasikan matanya, jengah. 

 

“Enak sekali kalian  bilang  seperti itu. Palingan Abang yang iseng menulisnya. Ngaku aja itu bukan Ara lho. Paling aja Abang ya? Ngaku,  bang.  Secara abang kitakan yang paling usil daripda kami berdua, kan?” tanya Ara yang disambut anggukkan Ai. Sementara, si empu yang disebut mengeram kesal. 

 

“Benaran, nih ini bukan tulisanku. Tunggu tulisan ini jelas-jelas mirip seperti tulisan Ai . Atau jangan-jangan Ai yang menulis itu? Benar gak, ra,” Bela Rian. Sedangkan, si terdakwa menglongo kaget. Memang itu tulisan persis seperti Ai tapi, tak pernah menulisnya.

 

“Eh, enak sekali Bang ngomong begitu aku gak pernah menulis itu,deh." Rian mengangkat kedua alis sambil tersenyum miring.

“Ahh, keliatan sekali kalau kamu kekatakutan, Ai.”

“Jangan asal nuduh deh, Bang.”

“Apa  kamu. eh, emang K E N Y A T A A N, bukan."

 

Sementara, Rian dan Ai masih bercek-cok ria. Ara tak berminat untuk melerai. Entah kenapa buku diary itu lebih menarik. Awalnya, ragu untuk  mengambil buku diary itu ditempat yang baru Rian letakkan barusan sebelum bercek-cok ria bersama Ai. Akhirnya pendeabatan dalam bantin Ara mengalah sambil duduk bersila membuka buku itu.

 

 

 

Minggu, 14 Januari 1999

 

Abang dan Papa jahat ninggalkanku dan Mama. Mama menanggis tanpa henti-hentinnya. Aku benci abang Aga dan Papa..

 

 

Wajah Ara tampak kebingungan.  “Nama itu seperti nama papa. Hallo, Ara nama Aga kan banyak gak cuma nama papamu saja.” Ia akhirnya membuka halaman selanjutnya. Sekarang rasa penasarannya malah menjadi-jadi.

 

 

 

Rabu,3 Maret 1999

 

Sekarang ku tak memiliki siapapun yang akan kujadikan sandaran. Mama telah pergi jauh sekali dan tenang disana..

 

***

“Itu pasti pukulan berat baginnya.” 




Sabtu, 6 Maret 1999

 Ibu panti tak memiliki hati pada kami semua. Ku tak tahan lagi disini. Aku kabur tapi tertangkap lagi. Kata ibu panti ada yang ingin mengasuhku. Ahhh, saya takut sekali dengan siapa yang akan menjadi orang tua asuhku.

 

***

"Malang sekali. Sudah jatuh tertimpa tangga, deh.”

 

 

 

Senin, 8 Maret 1999

Ternyata, pikiran kusalah. Mereka adalah keluarga  yang harmonis. Bunda Lisa yang penyayang, Ayah yang berwibawa, Cia yang ramah sekali, dan Abang Ilham yang tenang.

 

***

“Baguslah, jika keluarga itu harmonis.”

 




Kamis, 11 Maret 1999

Ku telah membohongi semua orang termasuk keluarga angkatku. Maafkalahku, Cia, Abang Ilham, Bunda, Ayah, teman-teman.  Namun, ku bahagia sekali hari ini.

 

***




Senin, 22 Maret 1999

Munafik teman-teman mereka hanya membohongi aku. Ku tak sengaja  mendengar percakapan Lisa dan teman-temannya. Mereka hanya ingin uang.

 

***

 

 

 

Selasa, 31  Desember 2002

Tiga tahu sudah ku tak bertemu Papa dan Abang. Dan, hari ini tepatnya tahun baru. Ku tak sengaja bertemu Papa dan Abang bersama keluarga barunya di tahun baru. Biarpun aku bersama kelaurga baruku tapi rasanya ada yang kurang. Ku tak berani bertemu langsung dengan mereka.

 

***

 

 

Selasa, 7 Januari 2003

Sedih, senang, perih, dan kecewa. Bercampur aduk Abang gak mengingat diriku.

Tapi, aku senang Abang sekelas malahan kami duduk semeja seperti dulu sebelum kejadian itu.

 

***

 

 

 

Rabu, 8 Januari 2003

Semua teman ku kecuali abangku, Cia, dan kakak Ilham yang ada untukku. Hanya mereka tidak yang lain!

 

 

***

Ara hanya menghela nafas gusar

 




Kamis, 9 januari

Ku bertemu teman lama. Ia sangggat baik seperti abangku, Cia, dan kakak Ilham. Namun kami hanya bertemu sebentar saja. Ia telah pergi jauh sekali  sama seperti  bunda meningggalkanku namun ia pergi  karena ketika ingin menyeberang untuk mengajak ku dirumahnya. Naas, ia telah pergi jauuuh sekali. Tapi, sebelum  pergi sempat mmemberikanku kalung yang berisi ehmmm kamera cctv.  Aku tak mengerti kenapa  memberikan itu. Namun, aku akan tetap selalu merawat kalung tersebut. 

 

***

 



Jumat, 17 Januari 2003

Kemarin, hampir saja Papa mengetahui jati diriku. Huh, kenapa tidak aku nolak aja pemintaan Abang untuk kerja kelompok dirumahnya.

 

 

***

“Untuk apa menolak permintaan Abangmu,” gumannya.

 

 

Jumat, 24 Januari 2003

Mereka membullyku habis-habisan. Namun, entah apa yang terjadi Abangku menolongku.

***

Ara menghela nafas berat dan kesal setengah mati.

 




Kamis, 30 Januri 2003

Sepandai-pandainya orang menyembunyikan bangkai pastikan tercium juga. Peribahasa itu pantas untukku. Mereka telah mengetahui tentang jati diriku. Sejak Abang mengetahui jati diriku. Abang memohon kepadaku untuk tinggal bersamanya. Bukan, aku tidak mau tapi, Ibu tiri dan saudara tiri ku tak senang dengan aku. Abangku dan Papa semakin gencar untuk aku kembali dan mereka berdua semakin gencar untuk membullyku. Sedangkan, keluarga angkatku memaklumiku biarpun Cia sempat merajuk.

 

***

Ara semakin merasa kasihan. 

 




Sabtu, 16 januari 2003

Hari ini aku kemah bersama keluarga. Entah apa yang kurasakan sebelum pergi kesini. Hari ini terasa aneh. Tidak tahu kenapa aku juga ingin memberi kalung ini kepada Cia.  Dengan syarat Cia harus menjaga ini dengan baik tapi, aku tidak memberi tahu kalau kalung ini berisi cctv.

 

***

Ara akan membuka halaman terakhir. Namun, sebuah peringatan berada dibawah  bacaan itu  tertulis dengan noda darah.

 

 

Jangan membuka halaman selanjutnya.

 

***

“Apaan maksudnya?” tanya Ara ngeri sekaligus penasaran. Sedangkan, kedua saudaranya yang bercek-cok ria itu berhenti. Mereka memandang aneh Ara. Rasa penasaran membuat mereka mendekati Ara tanpa Ara yang mengetahui kehadiran. Ara sibuk dengan pikirannya.

 

“Maksudmu, apa Ara?” tanya Rian membuat Ara kaget.

“Ini, bacalah.” Ara memperlihatkan bagian buku bagian belakang, setelah rasa kagetnya hilang. 

 

“Ah, paling aja cuma iseng,” cibir Ai sambil membuka buku halaman selanjutnya. Namun, secara tiba-tiba, lingkaran yang besar menarik mereka dengan paksa ke dalam dalam buku itu. Semakin lama makin kecil lingkaran itu.

 

Disebelah Rian tampak seorang wanita yang wajahnya seram. Ia menunjukkan  kearah jurang. Mereka langsung menoleh kearah jurang yang ada beberapa perempuam remaja yang menyeret seorang perempuan yang sama dengan perempuam yang disebelah Rian. Mereka reflek saling memandang satu sama lain mengidik ngeri.

“Tolong  aku Abang Aga, Abang Ilham, Cia, Papa, Mama, Ayah, dan Bunda,” pekikan itu menarik perhatian mereka untuk memandang perempuan itu. 

“Ya ampum kasihan sekali, huh. Agara Anissa Star, tidak ada yang akan mau menolongmu Ara yang manis,” jawab salah satu diantara mereka.

“Jangan sok jadi juara,” balas salah satu diantara mereka sambil menjambak rambutnya.

“Arggh, sakit. Aku gak akan menuruti kemauan kalian,” lirih tapi tegas.

“Oke.” Mereka  mendorong secara bersamaan ke jurang

 

Secarat tiba-tiba lingkaran kembali menarik  Rian, Ara, dan Ai masuk kelingkaran itu dan lingkaran itu menghilang. Mereka kembali didemesi lain lagi. Disekeliling mereka tampak banyak tenda-tenda khas kemping. Di situ mereka kenal beberapa orang, yaitu salah satunya ayahnya, ibunya, pamannya, dan perempuam tadi dan teman-temannya yang mendorong perempuam itu. Ibunya tampak menanggis tersedu-sedu sambil melihat kearah mayat yang berbujur kaku. Begitupun yang lainnnya. Sedangkan, yang teman-tamannya yang mendorong itut takut setengah mati yang tak diketahui siapa pun kecuali hanya mereka saja.

 

Perempuam yang didorong itu menatap Ara, Ai dan Rian nanar.  Lagi, secara tiba-tiba lingkaran itu menarik Rian, Ara, dan Ai masuk keliingkaran itu dan lingkaran itu menghilang. Mereka berada didemesi lain lagi. Disekeliling mereka tampak seperti gudang disebelah mereka tapi itu seperti yang baru. Tampak diary yang dibaca mereka ditulis oleh seseorang yang didorong. Ia menuliskannya sesuatu didiary itu. Ia menaruhkan buku didiary  tersebut paling bawah daripada buku yang lain.  

 

Sekali lagi secara tiba-tiba lingkaran itu menarik  Rian, Ara, dan Ai masuk keliingkaran itu dan lingkaran itu menghilang. Mereka berada didemesi lain lagi tapi kali ini mereka kembali ke tempat semula. Mereka sontak berpandangan satu sama lain. Setelah sadar  mencari buku tersebut yang berada entah kenapa. 

 

“Tolong minta tolong Cia untuk melihat cctv yang ada dikalung itu. Kumohon tolong siapa saja yang membuka buku ini untuk minto tolong padanya dan juga hukum mereka setimpalnya,” baca Ara bertepat datangnya Jesciska (ibu mereka) membuat bingung sambil melihat kalung pemberian seseorang. Rian yang melihat arah pandangan ibunya itu mengikuti pandangannya.

 

***

“Bu, tahukah kalung ini?” tanya Rian.

 

“Ya, ampun yan bukankah Ibu pernah bercerita tentang kalung Ini ya?”

 

“Bu, siapa nama adik tiri Ibu dan sekaligus Adik kandung ayah?”

 

“Agara Anissa Star dipanggil Ara. Seperti namamu Ara. Ya, kakek Raka memberikan nama itu padamu karena kemu sama persis dengan Ara.” Jessicka memberi  tersenyum.  Ara, Ai, dan Rian seketika berpandangan.

“Kenapa?” Tidak ada respon dari parar sudaranya. Ara ragu-ragu bercerita.

 

 

***

“Hay, Riri apa kabar?” tanya Jessicka, takkala mereka semua diruang tamu.

“Baik, kalau kamu bagaiamana?”

 

“Baik juga. Oh, ya Rian tolong pinjam laptop!” perintah Jessicka terhadap Rian yang berpura-pura main laptop.  Rian memberikan laptop tersebut dengan tergesa-gesa. Jessicka langsung melepaskan kalung yang dipakai. Setelah itu, mencari memori ketika memori itu dapat ditanggalkan langsung masukkan ke dalam laptop membuat Riri dan teman-temannya langsung mundur.

“Mau kemana Riska, Riri, dan Rima?”

 

“Ah, tidak. Kami mencari tempat yang nyaman saja.” Jawaban  bertepat dengan selesai kalimat tersebut tergambarlah peristiwa yang menyedihkan.

 

“Ya ampum kasihan sekali, huh. Agara Anissa Star, tidak ada yang akan mau menolongmu Ara yang manis,” jawab salah satu diantara mereka.

“Jangan sok jadi juara,” balas salah satu diantara mereka sambil menjambak rambutnya.

“Arggh, sakit. Aku gak akan menuruti kemauan kalian,” lirih tapi tegas.

“Oke.” Mereka  mendorong secara bersamaan ke jurang

 

Seketika, putaran itu dihentikan oleh Jessicka. Jessicka menatap mereka dengan wajah tak tergambarkan.

 

“Ayo ngaku kalian bukan yang membunuh Ara?” tanya Jessicka yang membuat mereka tertawa terbahak-bahak. Rasa takut mereka sekarang sudah sedikit menghilang.  Semua yang berada  disana melonggo tak percaya

.

“Kalian bertiga. Kalian harus dibawa kekantor polisi,” ungkap Raka yang membuat mereka bertiga langsung kabur. Namun naas ternyata rumah tersebut sudah dikerpung oleh polisi. Setelah mereka bertiga dibawa polisi. Salah satu polisi mendatangkan  Jessicka,  Ara,  Rian, dan Ai mengatakan terima kasih padan mereka yang disambut tatapan heran Raka dan Aga. Jessicka yang melihat tatapan tersebut bercerita. Ternyata semua ini sudah dipersiapan matang-matang oleh  Jessicka, Rian, Ara, dan Ai. Setelah bercerita Ara  melihat adik kandung Ayahnya tersenyum tulus dan mengucapkan selamat tingggal yang disambut senyum ramah oleh Ara lalu lama-kelamaan menghilang.

 

  

 

END

  

 .    SELESAI DAN SAMPAI JUMPA

 

Bagi yang ingin cerita lainnya dari aku silahkan inbox aku ke fb atau ig untuk tahu cerita lainnya.